Suatu ketika ada pasien datang dengan keluhan nyeri gigi. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui ternyata nyerinya berasal dari bekas ย gigi yang dipotong hingga habis, lalu di atasnya dipasang gigi tiruan. Bu Ida, sebut saja begitu, mengaku seminggu lalu habis dari tukang gigi untuk memasang gigi tiruan itu.
Nah, pasien dengan kasus Bu Ida tadi tidak hanya sekali dua kali aku temui. Ada banyak. Dan rupanya tidak aku saja yang mendapatkan pasien seperti itu. Kolegaku sesama dokter gigi juga sering bercerita mendapatkan pasien dengan kasus seperti itu.
Memotong gigi bukanlah tindakan yang bisa dibenarkan. Masih ingat dengan struktur anatomi gigi manusia? Gigi terdiri dari beberapa lapisan yang merupakan satu kesatuan. Ketika gigi dipotong, maka mahkota gigi yang berfungsi melindungi gigi akan hilang. Tekanan dari luar akan langsung mengenai dentin yang berhubungan langsung dengan syaraf gigi.
Mungkin tukang gigi berfikir praktis. Supaya gigi tiruan bisa dipasang, maka gigi yang ada dikepras terlebih dulu. Tidak memikirkan efeknya bagi gigi. Padahal tindakan seperti itu sangat merugikan pasien, termasuk mengakibatkan nyeri gigi yang hebat. Bahkan akibatnya bisa menjalar ke mana-mana.
Memasang gigi tiruan tidak sesederhana itu. Tidak bisa sekali datang, gigi tiruan langsung dipasang. Perlu analisa medis terhadap gigi aslinya. Juga diperlukan keahlian tingkat tinggi supaya hasilnya memuaskan. Terasa nyaman di gigi, juga tidak menimbulkan komplikasi.
Bahkan hingga ada pendidikan spesialis untuk membuat dan memasang gigi tiruan seperti itu, menunjukkan bahwa tidak sembarang orang bisa dan boleh melakukan tindakan pemasangan gigi tiruan. Dokter gigi umum seperti aku kadang juga harus merujuk pasien ke dokter gigi spesialis jika mengalami masalah yang rumit.
Beberapa artikel berikut ini bisa dibaca untuk melihat dari sisi lain:
- Pasang Gigi Palsu di Tukang Gigi Seperti Memasang Ranjau dalam Mulut
- Yang Tak Boleh Dilakukan Tukang Gigi Berdasarkan Permenkes Baru
- Jangan Sembarangan Pasang Gigi Palsu, Picu Penyakit Berbahaya
Nah, barangkali kamu punya pengalaman seperti Bu Ida tadi, atau punya komentar tentang tema kali ini? Silakan berbagi di sini ๐
Leave a Reply