Tidak terasa anak pertamaku sudah berumur 2 tahun 4 bulan. Sudah waktunya disapih. Sebenarnya rencana menyapih ini sudah aku sounding ke dia sejak umurnya belum 2 tahun, bahwa nanti kalau sudah 2 tahun maka tidak minum ASI lagi. Tapi namanya Ibu, tidak tega rasanya menyapih si kecil. Apalagi sejak umurnya 2 tahun, Mas Isham justru makin menjadi-jadi minta ASI-nya. Seperti tidak mau disapih 🙁
Beberapa saran aku dapatkan dari orang tua, teman, tetangga dan sejawat. Kebanyakan menyarankan aku mengolesi pahit-pahitan ke payudara supaya si kecil tidak mau lagi minum ASI. Tapi aku tidak tega melakukannya.
Hamil Anak kedua
Puncaknya ketika pertengahan Februari 2015 lalu ketika aku terlambat datang bulan dan ternyata test pack menunjukkan hasil positif. Alhamdulillaah.. Maka aku bertekat bulat bahwa Mas Isham harus segera disapih. Tidak tega, tapi harus. Apalagi sudah beberapa hari sebelumnya payudara terasa sangat nyeri ketika Mas Isham minum ASI. Mungkin ada perubahan hormonal terkait kehamilan anak ke-2.
Hal pertama yang aku persiapkan adalah memilih cara menyapih. Berikutnya adalah bagaimana melaksanakan cara itu supaya tidak melukai hati anakku. Aku tidak ingin dia merasa mama sudah tidak sayang dia lagi. Jangan sampai juga dia merasa nenen mama direbut adek bayi sehingga dia tidak dikasih nenen lagi.
Bagaimana Caraku Menyapih?
Cara menyapih anak yang aku pilih adalah dengan menutup payudara dengan kapas dan plester. Sehingga ketika si kecil hendak minum ASI tidak bisa lalu diberi penjelasan bahwa nenen mama sakit. Aku tidak berbohong. Memang waktu itu terasa sakit ketika Mas Isham minta ASI.
Alhamdulillah usahaku berhasil. Maka mulai tanggal 23 Februari 2015 Mas Isham resmi tidak minum ASI lagi. Aku berhasil menyapih anak pertamaku! Rasanya senang, tapi juga sedih. Senang karena berhasil menyapih, sedih karena seperti ada yang hilang. Aku terus memberinya pengertian bahwa meski sudah tidak nyenye (nenen / minum ASI) lagi, tapi mama tetap sayang Mas Isham.
Sebelum disapih, Mas Isham punya kebiasaan minum ASI ketika mau tidur malam. Sekarang ASI nya digantikan susu ultra mimi atau susu nutrilon royal 3. Biasanya minum ASI sambil rebahan, sekarang aku biasakan minum susu sambil duduk. Dan setelah minum susu masih harus minum air putih supaya giginya tidak gigis.
Butuh Komitmen dan Usaha Keras
Hari pertama butuh usaha keras hingga dia bisa tidur. Gelisah terus dan sempat menangis minta nyenye. Tapi aku teguh pendiriaan sambil memberinya pengertian bahwa Mas Isham sudah besar, sudah tidak minum ASI lagi. Alhamdulillah dia mau mengerti. Bisa tidur meski tanpa ASI. Ya, meskipun proses tidurnya jadi lebih panjaaaang.
Yang butuh usaha lebih keras lagi adalah kebiasaan Mas Isham bangun jam 2 sampai 3 pagi dan minta nyenye sambil terus merem / tidur. Jika tidak dikasih nyenye maka dia akan nangis sekencang-kencangnya. Dan ketika sudah disapih, nyenye ke mama sambil tidur itu harus digantikan minum kutak (susu kotak ultra mimi) sambil duduk dan mata melek. Butuh usaha keras buat merubah kebiasaan itu. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah terbiasa.
Oia, Mas Isham memang sudah tidak minum dengan dot lagi sejak umurnya hampir 2 tahun. Dia sendiri yang tidak mau minum pakai dot, maunya pakai gelas. “Sisham dah san, gak minum dot”, (Mas Isham sudah besar, tidak minum dot) gitu katanya. Dan ini memudahkan proses menyapih. Melihat pengalaman beberapa kawan, ternyata menyapih dari dot lebih susah daripada menyapih dari ASI. Ada yang anaknya sudah sekolah SD tapi ternyata masih ngedot hehehe…
Buat bunda yang sedang berusapa menyapih anaknya, ayo bunda terus semangat! Menurut pengalaman pribadiku memang si kecil akan mengalami perubahan perilaku. Kita sebagai ortu harus terus memberinya pengertian. Insya Allah berhasil menyapih dengan gembira 🙂
Leave a Reply